Fajar Penanda Awal Waktu Shubuh dan Puasa

(Tinjauan Syar’i dan Astronomi)

Authors

  • Lutfi Fuadi Institut Agama Islam Bani Fattah Jombang

DOI:

https://doi.org/10.52431/minhaj.v2i1.453

Keywords:

fajar, waktu shubuh, puasa

Abstract

Dalam menjalankan shalat, umat muslim tidak boleh asal-asalan waktunya, karena shalat merupakan ibadah yang telah ditentukan waktu dan caranya (kitaban mauqutan). Dizaman sekarang, kita tidak kesulitan mengetahui waktu shalat, dikarenakan adanya jadwal waktu shalat. Jadwal waktu shalat yang beredar kesemuanya merupakan hasil dari penelitian atas fenomena fajar. Fajar terbagi menjadi 2, yakni Fajar Kadzib dan Fajar Shadiq; Fajar Kadzib ialah fajar yang mempunyai bentuk seperti ekor srigala yang terlihat memanjang keatas, lalu Fajar Shadiq ialah cahaya pagi yang bersinar di ufuk timur saat akan terbitnya Matahari.

Secara astronomi nilai ketinggian fajar ini terbagi menjadi tiga; 1) Fajar Astronomi, 2) Fajar Nautika dan 3) Fajar Sipil. Fajar Astronomi ialah keadaan munculnya hamburan cahaya Matahari oleh atmosfer Bumi, posisi Matahari berada di 18° dibawah ufuk; Fajar Nautika ialah ketampakan ufuk bagi para pelaut, yakni saat Matahari berada di 12° dibawah ufuk; dan Fajar Sipil ialah ketampakan benda-benda di sekitar kita secara jelas, yakni saat Matahari berada di dibawah ufuk.

Di Indonesia, fajar sebagai penanda awal waktu shubuh menggunakan kriteria 20° dibawah ufuk (1 jam lebih 20 menit) sebelum Matahari terbit, ini dipilih oleh BHR Kemenag RI sebagai awal munculnya fajar.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2013, Jakarta, PT. Hati Emas

Nizar Mahmud Qasim, al-Ma’ayir fiqhiyyah wal falakiyyah fii I’dad at-Taqawim al-Hijriyyah. Beirut-Lebanon ; Daar al-Basya’ir al-Islamiyyah. 1983 M

Al-Lughawy, Ahmad bin Faris bin Zakariya bin Muhammad bin Hubaib, Maqayisul Lughah, Juz IV

Muhammad bin Mukarram bin Ali bin Ahmad bin Habqah Al-Anshori Al-Afriqi, Lisanul Arab, juz V

Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Ali Al-Fayumi, Al-Mishbahul Munir fi Gharib Asy-Syarhil Kabir juz 2

Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.

Al-Hakim, Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah al-Hakim an-Naisaburi, al-Mustadrak ala Shahihain Juz 2 hal 78, Beirut, Daar al-Kutub al-Ilmiyah, tt

Maktabah Syamilah. Maktab Dakwah Raudhoh.

Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007

Abu Muslim bin Hajaj Muslim, Shahih al-Muslim, tt, Surabaya, Ahmad bin Said Syubhan wa-auladuhu.

Mughniyyah, M. Jawad, Fiqh Lima Madzhab, cet. 1, Jakarta, Lentera, 2007

Al-Daruquthni, Abul Hasan Ali bin Umar al-Baghdadi, Sunan al-Daruquthni Juz 1, al-Risalah al-Alamiyah, tth.

Abd Rachim, 1983, Ilmu Falak, Yogyakarta, Liberty

Saadoe’ddin Djambek, Shalat dan Puasa di Daerah Kutub, Jakarta, Bulan Bintang, 1974

Fathurrahman Sany, Fajar Kadzib, Fajar Shadiq dan Awal Waktu Shubuh, Tebuireng. 2009. Makalah yang Disampaikan saat Seminar Semiloka Arah Kiblat dan Awal Waktu Shubuh, Tebuireng 09-10 April 2009.

Raihana Abd. Wahab (UM), Astronomi dalam Ibadah, dalam Sesi Sembang Angkasa sempana Minggu Sains Negara, 3 April 2021.

http://tdjamaluddin2.wordpress.com/2009/08/19/jadwal-waktu-shubuh-terlalu-cepat/

http://tdjamaluddin2.wordpress.com/2009/08/19/waktu-shubuh-ditinjau-dari-dalil-syar’i-dan-astronomi,

Downloads

Published

2021-01-05

How to Cite

Fuadi, L. (2021). Fajar Penanda Awal Waktu Shubuh dan Puasa: (Tinjauan Syar’i dan Astronomi). Minhaj: Jurnal Ilmu Syariah, 2(1), 107–120. https://doi.org/10.52431/minhaj.v2i1.453

Issue

Section

Articles